Jakarta – Rasa penasaran Eko Yuli Irawan akan medali emas belum tercapai di Olimpiade 2020 Tokyo. Namun, torehan yang diukir lifter 32 tahun ini tetap patut diacungi jempol. Eko Yuli merupakan satu-satunya atlet di Indonesia yang empat kali tampil di Olimpiade dan selalu pulang membawa medali sejak partisipasi pertamanya di Beijing 2008.
Tak cuma itu, Eko Yuli menjadi lifter kedua di dunia yang merebut empat medali Olimpiade. Sebelum Eko Yuli, ada legenda angkat besi Yunani Pyrros Dimas yang mengukir sejarah sejak penampilannya di Olimpiade 1992 Barcelona. Bedanya, Dimas turun di kelas menegah dan mengoleksi tiga emas serta satu perunggu, sementara Eko dari kelas paling ringan putra dengan raihan dua perak (Olimpiade 2020 Tokyo dan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro) serta dua perunggu (Olimpiade 2008 Beijing dan Olimpiade 2012 London).
Perlu juga dicatat prestasi Eko Yuli ini melampaui prestasi lifter angkat besi putri asal Papua, Lisa Rumbewas. Putri mantan binaragawan nasional Levi Rumbewas ini telah meraih tiga medali pada penampilan di Olimpiade (perak di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade 2004 Athena serta perunggu di Olimpiade 2008 Beijing).
“Olimpiade adalah tujuan akhir seorang atlet, begitu juga saya. Sejak awal saya berkeinginan mendapat medali emas, bukan untuk saya pribadi, tetapi juga untuk negara karena Olimpiade selalu bertepatan dengan hari kemerdekaan. Namun, rezeki saya masih perak. Ini persembahan yang bisa saya berikan untuk negara di HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76,” ujar Eko Yuli kepada NOC Indonesia, Senin (16/08/2021).
Bagaimana pun prestasi Eko Yuli tetap patut diacungi jempol. Sebelum pretasi tersebut diukir Eko Yuli di Tokyo, bapak dua anak ini sempat dilanda kecemasan luar biasa. Lima bulan lalu, keinginan Eko Yuli untuk ditangani pelatih Lukman sempat terganjal. Namun, semua persoalan itu bisa teratasi berkat kepiawaian Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari dalam melakukan pendekatan terhadap Ketua Umum PB PABSI Rosan P Roeslani yang juga menjabat sebagai Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk Olimpiade 2020 Tokyo.
“Saya berharap ada solusi karena keinginan saya untuk dilatih Coach Lukman sangat kuat. Ia telah melatih saya sejak Beijing hingga London. Ternyata semua bisa diatasi NOC Indonesia tanpa ada ganjalan lagi. Faktanya, saya dengan Coach Lukman bisa bekerja sama dengan Coach Dirdja Wiharja selaku kepala pelatih saat tampil di Olimpiade,” kata Eko Yuli.
“Saya benar-benar merasakan peran NOC Indonesia dalam membantu mendatangkan Coach Lukman yang sedang dikontrak Federasi Angkat Besi Thailand ke Indonesia. Bahkan, NOC Indonesia juga mencarikan sponsor untuk kebutuhan pelatnas mandiri saya,” tambahnya.
Eko Yuli menuturkan terlepas dari segala hal yang terjadi dalam persiapannya menuju Olimpiade, ia tetap bersyukur mendapat kepercayaan tampil di multievent empat tahunan paling prestisius di dunia. Ia mengaku masih penasaran untuk meraih medali emas Olimpiade, tetapi ia tak mau jemawa bahwa dirinya bisa mewujudkan ambisi tersebut di Paris 2024.
Saat ini, kata Eko, ia ingin mendapat kepercayaan untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade Paris sembari melihat seperti apa persaingan kelas 61kg putra. Apalagi, Komite Olimpiade Internasional (IOC) saat ini tengah mengkaji angkat besi dan tinju untuk Olimpiade musim panas edisi ke-33 mendatang.
“Istri bilang mungkin ayah belum boleh pensiun, harus dapat emas dulu biar bisa pensiun dengan tenang. Itu sebenarnya juga penyemangat saya untuk melanjutkan prestasi. Namun, saat ini kita juga sama-sama tidak tahu masih bisa dipertandingkan di Olimpiade Paris. Saya pribadi ingin tetap tampil, tetapi kita lihat saja dulu ke depannya seperti apa,” terang Eko Yuli.
“Saya sudah bilang kepada Pak Rosan dan Pak Okto (sapaan karib Raja Sapta) agar saya bisa diberi kesempatan untuk ikut kualifikasi Paris. Beliau-beliau pada intinya mendukung saya karena semua perjuangan yang saya lakukan ini bukan cuma untuk menuntaskan rasa penasaran saya semata, tetapi juga demi Merah Putih.”